Milikilah Sifat Malu, Wahai Saudariku!

Saudariku yang semoga dirahmati oleh Allah …<br /> <br /> Seperti yang telah kita ketahui bersama, Islam adalah agama yang sempurna dan tidaklah satu perkara kecil pun melainkan telah diatur oleh Islam. Begitu juga dalam perkara wanita, Islam juga telah mengaturnya. Islam sangat memperhatikannya dan menempatkan para wanita sesuai dengan kedudukannya. Dan agama yang mulia ini juga telah mengatur begaimana adab-adab dalam bergaul, berpakaian, dan sebagainya. Di mana segala yang diperintahkan dan diatur oleh Allah dan Rasul-Nya pasti terdapat maslahah (<span style="color: #b45f06;">kebaikan</span>) di balik itu semua. Dan segala yang dilarang pasti ada mafsadah (<span style="color: #b45f06;">keburukan</span>) baik mafsadah itu murni ataupun mafsadah itu lebih besar daripada maslahah yang diperoleh.<br /> <br /> Sungguh sangat menyedihkan sedikit demi sedikit aturan yang telah dibuat oleh Allah dan Rasul-Nya dilanggar oleh anak Adam khususnya kaum Hawa. Di antara fenomena yang kita saksikan bersama, kaum hawa dewasa ini mulai menanggalkan dan luntur sifat malunya. Mereka tidak merasa malu bergaul bebas dengan kaum Adam! Bahkan yang lebih mengenaskan, banyak dari kaum hawa yang berani mengumbar aurat (<b><a href="http://asdhar.blogspot.com/2013/07/wanita-yang-berpakaian-tapi-telanjang.html" target="_blank"><span style="color: #b45f06;">berpakaian tapi telanjang</span></a></b>) di hadapan umum! Fainna lillahi wa inna ilaihi rooji’un!<br /> <br /> <span style="color: #b45f06; font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><b>Lantas bagaimanakah tatanan Islam mengenai sifat malu bagi wanita?</b></span><br /> <br /> Maka cermatilah kisah yang difirmankan Allah berikut ini,<br /> <br /> <b>“Dan tatkala ia (Musa) sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya. Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya.”</b> (<span style="color: #b45f06;">Al-Qaşaş : 23-24</span>)<br /> <br /> Lihatlah bagaimana bagusnya sifat kedua wanita ini, mereka malu berdesak-desakan dengan kaum lelaki untuk meminumkan ternaknya. <b><span style="color: #b45f06;">LALU BAGAIMANA DENGAN WANITA SAAT INI!</span></b> Sepertinya rasa malu sudah hampir sirna ...<br /> <br /> <b>“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan penuh rasa malu, ia berkata, ‘Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.’”</b> (<span style="color: #b45f06;">Al-Qaşaş : 25</span>). Dengan penuh rasa malu, ia memanggil Musa. Sifat yang luar biasa ...<br /> <br /> Ayat yang mulia ini,menjelaskan bagaimana seharusnya kaum wanita berakhlaq dan bersifat malu. Allah menyifati gadis wanita yang mulia ini dengan cara jalannya yang penuh dengan rasa malu dan terhormat.<br /> <br /> Amirul Mukminin Umar bin Khoththob radiyallahu ‘anhu mengatakan,<br /> <br /> “<b>Gadis itu menemui Musa sambil menutupi wajahnya dengan lengan bajunya</b>.” (<span style="color: #b45f06;">Tafsirul Qur’anil ‘Azhiim, Ibnu Katsir</span>). Lihat bagaimana begitu pemalunya wanita-wanita itu! Seharusnya para wanita saat ini mengambil contoh.<br /> <br /> Maka wahai para wanita, sadarlah dari kelalaian ini. Kembalilah ke jalan Rabbmu. Janganlah kalian tertipu dengan jebakan, bujukan, dan propaganda syaithon yang ingin mengeluarkan para wanita dari sifat keasliannya.<br /> <br /> Dan batasilah pergaulan antara ikhwan dan akhwat, jangan sampai mudah untuk bergaul bebas walaupun sudah memenuhi pakaian yang syar’i dan sudah menjadi anggota Keluarga Muslim. Dan ingatlah syaithon akan selalu menyesatkan anak Adam, sehingga perkara yang semula dianggap jelek akan dibuat samar oleh syaithon sehingga perkara yang terlarang ini (bergaul tanpa batas antara ikhwan dan akhwat) menjadi kelihatan baik dan dianggap biasa..<br /> <br /> Ingatlah wejangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits dari Usamah bin Zaid,<br /> <br /> “<b>Tidak ada godaan yang kutinggalkan yang lebih dahsyat bagi para pria selain dari godaan para wanita.</b>” (<span style="color: #b45f06;">HR. Bukhari no. 5096 dan Muslim no. 2741</span>)<br /> <br /> Hanya Allah yang beri taufik. Moga Allah anugerahkan pada kita sifat yang mulia ini. Aamiin Ya Rabbal A'lamin..

Milikilah Sifat Malu, Wahai Saudariku!

Saudariku yang semoga dirahmati oleh Allah … Seperti yang telah kita ketahui bersama, Islam adalah agama yang sempurna dan tidaklah satu p...

Baca selengkapnya »

Wanita yang Berpakaian Tapi Telanjang, Sadarlah!

<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-ngx7dJ-ZkvNEr8amwHEd4ymwTMaZbKf-C8T4VO1XoPgFvSgJRtgRai0M_Tm3hW09l7Txfk1OyB5KWzj-topv0XE1jAzISlNIVWbgl1u85xW1ZiRXu15M5FpHrF10zdiIlUZDeppBLaWU/s1600/bunga.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-ngx7dJ-ZkvNEr8amwHEd4ymwTMaZbKf-C8T4VO1XoPgFvSgJRtgRai0M_Tm3hW09l7Txfk1OyB5KWzj-topv0XE1jAzISlNIVWbgl1u85xW1ZiRXu15M5FpHrF10zdiIlUZDeppBLaWU/s320/bunga.jpeg" /></a>Tanda Benarnya Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam<br /> <br /> Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, <br /> <div style="text-align: right;"> <br /></div> <b>“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” </b>(HR. Muslim no. 2128)<br /> <br /> Hadits ini merupakan tanda mukjizat kenabian. Kedua golongan ini sudah ada di zaman kita saat ini. Hadits ini sangat mencela dua golongan semacam ini. Kerusakan seperti ini tidak muncul di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena sucinya zaman beliau, namun kerusakan ini baru terjadi setelah masa beliau hidup <b>(Lihat Syarh Muslim, 9/240 dan Faidul Qodir, 4/275)</b>. Wahai Rabbku. Dan zaman ini lebih nyata lagi terjadi dan kerusakannya lebih parah..<br /> <br /> <b><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Saudariku, pahamilah makna ‘<span style="color: #b45f06;">kasiyatun ‘ariyatun</span>’</span></b><br /> <br /> An Nawawi dalam Syarh Muslim ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan bahwa ada beberapa makna kasiyatun ‘ariyatun. <br /> <br /> <b>Makna pertama:</b> wanita yang mendapat nikmat Allah, namun enggan bersyukur kepada-Nya. <br /> <br /> <b>Makna kedua:</b> wanita yang mengenakan pakaian, namun kosong dari amalan kebaikan dan tidak mau mengutamakan akhiratnya serta enggan melakukan ketaatan kepada Allah. <br /> <br /> <b>Makna ketiga:</b> wanita yang menyingkap sebagian anggota tubuhnya, sengaja menampakkan keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksud wanita yang berpakaian tetapi telanjang. <br /> <br /> <b>Makna keempat:</b> wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya telanjang. <b>(Lihat Syarh Muslim, 9/240)</b><br /> <br /> Pengertian yang disampaikan An Nawawi di atas, ada yang bermakna konkrit dan ada yang bermakna maknawi (abstrak). Begitu pula dijelaskan oleh ulama lainnya sebagai berikut. <br /> <br /> Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah mengatakan, “Makna kasiyatun ‘ariyatun adalah para wanita yang memakai pakaian yang tipis yang menggambarkan bentuk tubuhnya, pakaian tersebut belum menutupi (anggota tubuh yang wajib ditutupi dengan sempurna). Mereka memang berpakaian, namun pada hakikatnya mereka telanjang.” (Jilbab Al Mar’ah Muslimah, 125-126)<br /> <br /> Al Munawi dalam Faidul Qodir mengatakan mengenai makna kasiyatun ‘ariyatun, “Senyatanya memang wanita tersebut berpakaian, namun sebenarnya dia telanjang. Karena wanita tersebut mengenakan pakaian yang tipis sehingga dapat menampakkan kulitnya. Makna lainnya adalah dia menampakkan perhiasannya, namun tidak mau mengenakan pakaian takwa. Makna lainnya adalah dia mendapatkan nikmat, namun enggan untuk bersyukur pada Allah. Makna lainnya lagi adalah dia berpakaian, namun kosong dari amalan kebaikan. Makna lainnya lagi adalah dia menutup sebagian badannya, namun dia membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutupi) untuk menampakkan keindahan dirinya.” <b>(Faidul Qodir, 4/275)</b><br /> <br /> Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibnul Jauziy. Beliau mengatakan bahwa makna kasiyatun ‘ariyatun ada tiga makna. <br /> <br /> <b>Pertama</b>: wanita yang memakai pakaian tipis, sehingga nampak bagian dalam tubuhnya. Wanita seperti ini memang memakai jilbab, namun sebenarnya dia telanjang. <br /> <br /> <b>Kedua</b>: wanita yang membuka sebagian anggota tubuhnya (yang wajib ditutup. Wanita ini sebenarnya telanjang. <br /> <br /> Kesimpulannya adalah kasiyatun ‘ariyatun dapat kita maknakan: wanita yang memakai pakaian tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya dan wanita yang membuka sebagian aurat yang wajib dia tutup.<br /> <br /> <span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><b>Tidakkah Engkau Takut dengan Ancaman Ini..???</b></span><br /> <br /> Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memakaian pakaian tetapi sebenarnya telanjang, dikatakan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “<b>wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian</b>.” <br /> <br /> Perhatikanlah saudariku, ancaman ini bukanlah ancaman biasa. Perkara ini bukan perkara sepele. Dosanya bukan hanya dosa kecil Lihatlah ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas. Wanita seperti ini dikatakan tidak akan masuk surga dan bau surga saja tidak akan dicium. Tidakkah kita takut dengan ancaman seperti ini?<br /> <br /> An Nawawi rahimahullah menjelaskan maksud sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘wanita tersebut tidak akan masuk surga’. Inti dari penjelasan beliau rahimahullah: <br /> <br /> Jika wanita tersebut menghalalkan perbuatan ini yang sebenarnya haram dan dia pun sudah mengetahui keharaman hal ini, namun masih menganggap halal untuk membuka anggota tubuhnya yang wajib ditutup (atau menghalalkan memakai pakaian yang tipis), maka wanita seperti ini kafir, kekal dalam neraka dan dia tidak akan masuk surga selamanya. <br /> <br /> Dapat kita maknakan juga bahwa wanita seperti ini tidak akan masuk surga untuk pertama kalinya. Jika memang dia ahlu tauhid, dia nantinya juga akan masuk surga. Wallahu Ta’ala a’lam. (<b>Lihat Syarh Muslim, 9/240</b>)<br /> <br /> Jika ancaman ini telah jelas, lalu kenapa sebagian wanita masih membuka auratnya di khalayak ramai dengan memakai rok hanya setinggi betis? Kenapa mereka begitu senangnya memamerkan paha di depan orang lain? Kenapa mereka masih senang memperlihatkan rambut yang wajib ditutupi? Kenapa mereka masih menampakkan telapak kaki yang juga harus ditutupi? Kenapa pula masih memperlihatkan leher?! <br /> <br /> Sadarlah, wahai saudariku! Bangkitlah dari kemalasanmu! Taatilah Allah dan Rasul-Nya! Mulailah dari sekarang untuk merubah diri menjadi yang lebih baik.. "<b>dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam</b>." (QS Ali Imran 102)<br /> <br /> Sungguh, Allah tidak meminta apa-apa dari kita sebagai Makhluk-Nya. Dan Ridha atau syurga-Nya pun, tidaklah didapatkan dengan gratis. Jazakillahu Khairan Katsiran Wa Jazakumullah Ahsanal Jaza..

Wanita yang Berpakaian Tapi Telanjang, Sadarlah!

Tanda Benarnya Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ...

Baca selengkapnya »