Barang siapa yang Mengenal Dirinya, Dia akan Mengenal Rabb-Nya

<blockquote> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxKYsd-3d1W0rZ4-3ejtp0IcJs1K0CmwHnuxobfPGEhwRzCwgqjTg5MxvF8TDyUo2lmYe3I1cErLaP7qlZGyswNslvbTDSWLVpRMpbcmLWGGzqLq5rFTry9ktlgbEztOF-Hw6muuW0QHsr/s1600/MENEAL+DIRI+MENGENAL+RABB.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-left: 1em;"><img border="0" height="182" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxKYsd-3d1W0rZ4-3ejtp0IcJs1K0CmwHnuxobfPGEhwRzCwgqjTg5MxvF8TDyUo2lmYe3I1cErLaP7qlZGyswNslvbTDSWLVpRMpbcmLWGGzqLq5rFTry9ktlgbEztOF-Hw6muuW0QHsr/s1600/MENEAL+DIRI+MENGENAL+RABB.jpg" width="200" /></a></div> Kembali berbagi .. mengenai apa yang "pernah" saya baca dan yakini mengenai ungkapan (yang "katanya" hadits Nabi) berbunyi :<br /> <br /> مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ<br /> <br /> “Barang siapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya.”<br /> <br /> Ungkapan yang populer di kalangan kaum muslimin, mereka menganggapnya sebagai ucapan yang berasal dari Rasulullah , bahkan sering disampaikan oleh para penceramah dan dinukil oleh para penulis.<br /> <br /> Padahal hadits ini adalah <b>HADITS YANG PALSU</b>, bahkan <b>TIDAK MEMILIKI ASAL</b> dan tidak ditemukan dalam kitab-kitab hadits yang ada di tangan para ulama ahli hadits, sehingga mereka menghukuminya sebagai <b>HADITS DUSTA YANG DIPALSUKAN ATAS NAMA RASULULLAH</b>.<br /> <br /> Ungkapan ini terdapat dalam beberapa kitab, di antaranya Kimiya As Sa’adah karya Imam Al Ghazali (hal. 1. Mauqi’ Al Warraq). Namun, sayangnya beliau –Rahimahullah- telah menggunakan kalimat “Rasulullah bersabda” terhadap hadits ini.<br /> <br /> Selain itu juga terdapat dalam Hilyatul Auliya’ karya Imam Abu Nu’aim. (4/350. Mauqi’ Al Warraq) dan TERNYATA ITU ADALAH UCAPAN <b>Imam Sahl bin Abdullah At Tastari</b>, seorang ulama sufi yang dipuji oleh Imam Ibnu Taimiyah dan Imam Ibnul Qayyim Rahimahumallah.<br /> <br /> Juga terdapat dalam Al Futuhat Al Makkiyah karya Abu Thalib Al Makki. (5/462. Mauqi’ Al Warraq)<br /> <br /> Para Imam Muhaqqiqin (peneliti) mengatakan bahwa ungkapan ini <b>BUKANLAH UCAPAN</b> Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Imam As Sakhawi, mengutip dari Abu Al Muzhaffar As Sam’ani yang mengatakan bahwa dia tidak mengetahui adanya ucapan seperti ini yang marfu’ (sampai kepada Rasulullah), dan diceritakan bahwa INI ADALAH UCAPAN <b>Yahya bin Muadz Ar Razi Radhiallahu ‘Anhu</b>. Sedangkan Imam An Nawawi mengatakan bahwa ucapan ini tidaklah tsabit (kokoh) dari Rasulullah. (Imam As Sakhawi, Al Maqashid Al Hasanah, Hal. 220. Imam As Suyuthi, Ad Durar Muntatsirah, Hal. 18)<br /> <br /> Sedangkan Imam Ash Shaghani dengan tegas memasukkannya dalam deretan <b>HADITS PALSU</b>. (Imam Ash Shaghani, Al Maudhu’at, hal 2). Begitu pula Imam Ibnu Taimiyah menegaskan kepalsuan hadits ini. (Imam Al ‘Ajluni, Kasyf Al Khafa’, 2/262/2532. Mauqi’ Ya’sub)<br /> <br /> Sedangkan <b>Syaikh Al Albani</b> mengatakan <b>HADITS INI TIDAK ADA ASALNYA</b>. (As Silsilah Adh Dhaifah, 1/165/66) beliau mengutip perkataan Al ‘Allamah Fairuzzabadi –pengarang Qamus Al Muhith- sebagai berikut:<br /> <br /> ليس من الأحاديث النبوية ، على أن أكثر الناس يجعلونه حديثا عن النبي صلى الله عليه وسلم ، و لا يصح أصلا، و إنما يروي في الإسرائيليات : " يا إنسان اعرف نفسك تعرف ربك " .<br /> <br /> “Ini <b>BUKANLAH HADITS NABI</b>, hanya saja banyak manusia menjadikan ucapan ini dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan ini pada dasarnya <b>TIDAK BENAR</b>. Ini hanyalah diriwayatkan dalam ucapan Israiliyat (pengaruh ajaran Yahudi): Wahai manusia kenalilah dirimu niscaya kau akan kenal Tuhanmu.” (Ibid)<br /> <br /> Sementara Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengomentari ungkapan ini, katanya:<br /> <br /> وَبَعْضُ النَّاسِ يَرْوِي هَذَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَيْسَ هَذَا مِنْ كَلَامِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا هُوَ فِي شَيْءٍ مِنْ كُتُبِ الْحَدِيثِ وَلَا يُعْرَفُ لَهُ إسْنَادٌ . وَلَكِنْ يُرْوَى فِي بَعْضِ الْكُتُبِ الْمُتَقَدِّمَةِ إنْ صَحَّ " يَا إنْسَانُ اعْرَفْ نَفْسَك تَعْرِفْ رَبَّك "<br /> <br /> “Sebagian manusia ada yang meriwayatkan ini dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, padahal ini <b>BUKANLAH UCAPAN NABI</b>, dan tidaklah sama sekali tercantum dalam kitab-kitab hadits, dan tidak diketahui sanadnya. Tetapi, jika benar, ucapan ini diriwayatkan dalam kitab-kitab terdahulu, “Wahai manusia kenalilah dirimu niscaya kau akan kenal Tuhanmu.” (Majmu’ Fatawa, 16/349. Cet. 3, 2005M-1426H. Darul Wafa’. Tahqiq: Anwar Al Baz – ‘Amir Al Jazaar).<br /> <br /> Demikian status perkataan tersebut, yang jelas-jelas <b>BUKAN DARI</b> Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.</blockquote>

Barang siapa yang Mengenal Dirinya, Dia akan Mengenal Rabb-Nya

Sabtu, Oktober 25, 2014

Kembali berbagi .. mengenai apa yang "pernah" saya baca dan yakini mengenai ungkapan (yang "katanya" hadits Nabi) berbunyi : مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ “Barang siapa yang mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya.” Ungkapan y… Baca selengkapnya »

Baca selengkapnya »

Ebook Offline Mutiarahadits.Com

<blockquote> <h6> Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji hanya milik Allah yang telah melebihkan anak Adam (manusia) dengan ilmu dan amal atas semesta alam. Semoga sholawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad, penghulu (tokoh) orang arab dan orang arab pegunungan ('Ajam). Begitu juga sholawat dan salam tetap terlimpahkan kepada sahabat-sahabat beliau yang merupakan sumber ilmu pengetahuan dan hikmah. Ammaa ba'du..<br /> <br /> Alhamdulillah, ebook atau situs offline dari <a href="http://mutiarahadits.com/" target="_blank">mutiarahadits.com</a> dapat antum download serta membacanya dirumah..<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <b>Screenshot: Tema mutiarahadits com</b> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3XmcrRrQZCniWAeNJ6emwsR60LOybp5eORN-lAzugGJ-tNUaZC-3rdi8wjYWYEVc8eg8gHXr_MxNYLZlrTQzMwi9IdcQttsczUO4WJsIm5gLbAe7vUlWp9pPnS-J7Ikq28UYlAUqnVd0J/s1600/Mutiara-hadits.png" imageanchor="1" style="margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3XmcrRrQZCniWAeNJ6emwsR60LOybp5eORN-lAzugGJ-tNUaZC-3rdi8wjYWYEVc8eg8gHXr_MxNYLZlrTQzMwi9IdcQttsczUO4WJsIm5gLbAe7vUlWp9pPnS-J7Ikq28UYlAUqnVd0J/s1600/Mutiara-hadits.png" /></a><br /> <br /> Via Mediafire<br /> <span class="engraved"><a class="blue" href="http://www.mediafire.com/download/8048vetqc4enlts" rel="nofollow" target="_blank"> Download!</a></span><br /> <br /> Via 4shared<br /> <span class="engraved"><a class="blue" href="http://www.4shared.com/rar/idJSw466ba" rel="nofollow" target="_blank"> Download!</a></span><br /> <br /> Semoga bisa bermanfaat dan mari bagikan E-Book ini, semoga bisa menjadi amal ibadah untuk kita semua..</div></h6> </blockquote>

Ebook Offline Mutiarahadits.Com

Sabtu, Oktober 04, 2014

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji hanya milik Allah yang telah melebihkan anak Adam (manusia) dengan ilmu dan amal atas semesta alam. Semoga sholawat serta salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad, p… Baca selengkapnya »

Baca selengkapnya »

Dunia ini Hanya Milik Empat Orang

<blockquote>Dari Abu Kabsyah Al-Anmari radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:<br /> <br /> ثَلاَثَةٌ أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ ، وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا فَاحْفَظُوهُ ، قَالَ : مَا نَقَصَ مَالُ عَبْدٍ مِنْ صَدَقَةٍ ، وَلاَ ظُلِمَ عَبْدٌ مَظْلِمَةً ، فَصَبَرَ عَلَيْهَا ، إِلاَّ زَادَهُ اللهُ عِزًّا ، وَلاَ فَتَحَ عَبْدٌ بَابَ مَسْأَلَةٍ ، إِلاَّ فَتَحَ اللهُ عَلَيْهِ بَابَ فَقْرٍ ، أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا ،  وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا فَاحْفَظُوهُ ، قَالَ : إِنَّمَا الدُّنْيَا لأَرْبَعَةِ نَفَرٍ : عَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالاً وَعِلْمًا ، فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ ، وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ ، وَيَعْلَمُِ للهِ فِيهِ حَقًّا ، فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالاً ، فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ ، يَقُولُ : لَوْ أَنَّ لِي مَالاً لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلاَنٍ ، فَهُوَ بِنِيَّتِهِ ، فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالاً وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا ، فَه ُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ ، لاَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ ، وَلاَ يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ ، وَلاَ يَعْلَمُ ِللهِ فِيهِ حَقًّا ، فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْمَنَازِلِ ، وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللهُ مَالاً وَلاَ عِلْمًا ، فَهُوَ يَقُولُ : لَوْ أَنَّ لِي مَالاً لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلاَنٍ ، فَهُوَ بِنِيَّتِهِ ، فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ.<br /> <br /> “Ada tiga perkara yang aku bersumpah atasnya, dan aku akan menceritakan kepada kalian suatu perkataan, maka hafalkanlah. Beliau bersabda: “Harta seorang hamba tidaklah berkurang disebabkan shodaqoh, dan tidaklah seorang hamba terzhalimi dengan suatu kezholiman lalu ia bersabar dalam menghadapinya melainkan Allah menambahkan kemuliaan kepadanya, dan tidaklah seorang hamba membuka pintu utk meminta-minta (kepada orang lain, pent) melainkan Allah akan bukakan baginya pintu kefakiran, -atau suatu kalimat semisalnya-. Dan aku akan sampaikan kepada kalian satu perkataan kemudian hafalkanlah.” Beliau bersabda: “Sesungguhnya dunia ini hanya milik empat orang saja:<br /> <br /> (1) Seorang hamba yang dikaruniai harta dan ilmu kemudian ia bertakwa kepada Rabb-nya, menyambung silaturrahim dan mengetahui hak-hak Allah, inilah kedudukan yang paling mulia.<br /> <br /> (2) Seorang hamba yang dikaruniai ilmu tapi  tidak dikaruniai harta, kemudian dengan niat yang tulus ia berkata: ‘Jika seandainya aku mempunyai harta, maka aku akan beramal seperti amalannya si fulan itu.’  Dengan niat seperti ini, maka pahala keduanya sama.<br /> <br /> (3) Seorang hamba yang dikaruniai harta namun tidak diberi ilmu, lalu ia membelanjakan hartanya secara serampangan tanpa dasar ilmu, , ia tidak bertakwa kepada Rabbnya, tidak menyambung silaturrahim, dan tidak mengetahui hak-hak Allah, maka ia berada pada kedudukan paling rendah.<br /> <br /> (4) Dan seorang hamba yang tidak dikaruniai harta dan juga ilmu oleh Allah ta’ala, lantas ia berkata: ‘Kalau seandainya aku memiliki harta, niscaya aku akan berbuat seperti yang dilakukan si Fulan.’ Maka ia dengan niatnya itu, menjadikan dosa keduanya sama.”<br /> <br /> (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi IV/562 no.2325, dan Ahmad IV/231 no.18194).<br /> <h5> DERAJAT HADITS:</h5> Hadits ini derajatnya SHAHIH, sebagaimana dinyatakan oleh syaikh Al-Albani rahimahullah di dalam Shahih Al-Jami’ No. 3024.<br /> <br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMKEYvRQlb3HOoqTQra5lNjrspWiyup-rb9gCx4z4hXpxN7YAm7pSVPIz27Vgj57r0Jy-jXDGgPqakFeoc4BXnLgddEgDNs_c1KOMhCi_7mviA1e5n3JGugTxXF7r04VdlUYoqmDpJFk4z/s1600/dunia.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMKEYvRQlb3HOoqTQra5lNjrspWiyup-rb9gCx4z4hXpxN7YAm7pSVPIz27Vgj57r0Jy-jXDGgPqakFeoc4BXnLgddEgDNs_c1KOMhCi_7mviA1e5n3JGugTxXF7r04VdlUYoqmDpJFk4z/s200/dunia.jpg" /></a></div> Renungkanlah saudaraku, sudah berapa banyak pahalamu? Jika engkau tidak memiliki harta, tapi engkau hanya bermodalkan kejujuran, lalu dengan ikhlas engkau berkata: “Kalau seandainya aku memiliki harta seperti saudagar Fulan, sungguh aku akan berbuat kebaikan seperti yang ia kerjakan.” Maka pahala kalian berdua sama. Sungguh ini merupakan kenikmatan yang agung, dan segala puji hanya bagi Allah, Pemilik segala pujian dan kemuliaan.<br /> <h5> BEBERAPA PELAJARAN DAN FAEDAH ILMIYAH YANG TERKANDUNG DI DALAM HADITS:</h5> 1). Keutamaan menyertakan Niat yang Baik dalam melakukan setiap amal ketaatan atau amalan yang hukumnya mubah.<br /> <br /> 2). Niat yang baik adalah niat untuk mencari pahala dan ridho Allah dalam melaksanakan amal perbuatan.<br /> <br /> 3). Niat yang baik dapat memperbesar pahala amalan-amalan kecil, dan meninggikan derajat pelakunya di sisi Allah.<br /> <br /> 4). Shodaqoh tidaklah mengurangi harta benda yang dimiliki seorang hamba, tetapi justru akan menjadikan harta tersebut semakin bertambah dan berkah.<br /> <br /> (Silakan baca dalil2 syar’I yg menunjukkan keutamaan shodaqoh di dalam surat Al-Baqoroh, ayat 261, 274)<br /> <br /> 5). Shodaqoh mempunyai keutamaan yang sangat banyak dan pengaruh baik yang sangat besar bagi pelakunya di dunia dan akhirat, diantaranya adalah sebagai berikut:<br /> <br /> 1. Allah memberikan pahala shodaqoh yang sangat besar dan melipat gandakannya bagi pelakunya.<br /> <br /> 2. Pelaku shodaqoh mendapatkan kedudukan yang tinggi di hadapan Allah ta’ala.<br /> <br /> 3. Mencegah terjadinya bencana dan keburukan yang akan menimpa pelaku shodaqoh.<br /> <br /> 4. Menghapuskan kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa.<br /> <br /> 5. Dapat melindungi dari siksaan Allah dan sebagai jalan menuju surga-Nya.<br /> <br /> 6. Shodaqoh adalah salah satu tanda kejujuran iman seorang hamba, dan kuatnya keyakinan, serta sikap berbaik sangka kepada Allah.<br /> <br /> 7. Membersihkan jiwa seorang hamba dari sifat-sifat tercela seperti kikir, dan menghiasi dirinya dengan akhlak mulia.<br /> <br /> 8. Shodaqoh termasuk salah satu pintu pembuka amala-amal kebaikan.<br /> <br /> 9. Dll.<br /> <br /> Demikianlah beberapa faedah ilmiyah secara global yang telah disampaikan oleh: <a href="http://abufawaz.wordpress.com/2012/09/05/dunia-ini-hanya-milik-empat-orang/" target="_blank">Muhammad Wasitho Abu Fawaz.</a> Wallahu a'lam bishawab</blockquote>

Dunia ini Hanya Milik Empat Orang

Sabtu, Oktober 04, 2014

Dari Abu Kabsyah Al-Anmari radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: ثَلاَثَةٌ أُقْسِمُ عَلَيْهِنَّ ، وَأُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا فَاحْفَظُوهُ ، قَالَ : مَا نَقَصَ مَالُ عَبْدٍ مِنْ صَدَقَةٍ ، وَلاَ ظُلِمَ عَبْدٌ مَ… Baca selengkapnya »

Baca selengkapnya »

Renungkanlah

<blockquote> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhO_qlxXZ4o9RNzO7C-x-SSnZvEpLAXQeIPh19_xvcKCSTmShnHfsx9W8xFWQsUOfFSDXC5T-bRmXmvYkbwplw9aOeHHNw6Gkg97lLN2oH68tJBI3dJQvE8XVcFNfT_NHvLWnNI6dbILlZF/s1600/debu.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-left: 1em;"><img border="0" height="148" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhO_qlxXZ4o9RNzO7C-x-SSnZvEpLAXQeIPh19_xvcKCSTmShnHfsx9W8xFWQsUOfFSDXC5T-bRmXmvYkbwplw9aOeHHNw6Gkg97lLN2oH68tJBI3dJQvE8XVcFNfT_NHvLWnNI6dbILlZF/s1600/debu.jpg" width="200" /></a></div> Oleh: Dr. 'Abdul-Qayyum as-Suhaibani [1] <br /> <br /> Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih nan Penyayang. <br /> Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabat beliau.<br /> <br /> Dalam sebuah hadits,<br /> Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:<br /> <br /> « لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا ». قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ. قَالَ : « أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا ». <h5> "Niscaya aku akan melihat beberapa kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan kebaikan laksana gunung-gunung Tihamah[2] yang putih, kemudian Allah Azza wa Jalla menjadikannya debu yang beterbangan". Ada [3] yang bertanya: "Wahai Rasulullah, jelaskanlah sifat mereka kepada kami, agar kami tidak menjadi bagian dari mereka sementara kami tidak tahu," Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Ketahuilah, mereka adalah saudara kalian, satu bangsa, dan bangun malam sebagaimana kalian. Tapi jika mereka menyendiri dengan larangan-larangan Allah, mereka melanggarnya"[4].</h5> Seseorang mungkin menjauh dari dosa dan maksiat saat berada di hadapan dan dilihat orang lain. Tetapi jika ia menyendiri dan terlepas dari pandangan manusia, ia pun melepaskan tali kekang nafsunya, merangkul dosa dan memeluk kemungkaran.<br /> <br /> وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا<br /> <br /> "Dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya". (al-Isrâ`/17 : 17)<br /> <br /> وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ<br /> <br /> "Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kalian kerjakan". (al-Baqarah /2 : 74)<br /> <br /> Bahkan jika ingin berbuat dosa dan ada seorang anak kecil di hadapannya, ia akan meninggalkan dosa itu. Dengan demikian, rasa malunya kepada anak kecil lebih besar daripada rasa malunya kepada Allah. Andai saat itu ia mengingat firman Allah:<br /> <br /> أَوَلَا يَعْلَمُونَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ<br /> <br /> "Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka tampakkan?" (al-Baqarah/2 : 77)<br /> <br /> أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ سِرَّهُمْ وَنَجْوَاهُمْ وَأَنَّ اللَّهَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ<br /> <br /> "Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib?" (at-Taubah/9 : 78)<br /> <br /> Sungguh celaka wahai saudaraku! Jika keberanian anda berbuat maksiat adalah karena anda meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla tidak melihat, maka alangkah besar kekufuran anda. Dan jika anda mengetahui bahwa Allah mengetahuinya, maka alangkah parah keburukan anda, dan alangkah sedikit rasa malu anda!<br /> <br /> يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَىٰ مِنَ الْقَوْلِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا<br /> <br /> "Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah mengetahui mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan". (an-Nisâ`/4 : 108)<br /> <br /> Di antara hal yang sangat "ajaib" adalah anda mengenal Allah, tetapi bermaksiat kepada-Nya. Anda mengetahui kadar kemurkaan-Nya, tetapi justru menjatuhkan diri kepada kemurkaan itu. Anda mengetahui betapa kejam hukuman-Nya, tetapi anda tidak berusaha menyelamatkan diri. Anda merasakan sakitnya keresahan akibat maksiat, tetapi tidak pergi menghindarinya dan mencari ketenangan dengan mentaati-Nya.<br /> <br /> Qatadah berpesan: "Wahai anak Adam, demi Allah, ada saksi-saksi yang tidak diragukan di tubuhmu, maka waspadailah mereka. Takutlah kepada Allah dalam keadaan tersembunyi maupun nampak, karena sesungguhnya tidak ada yang tersembunyi dari-Nya. Bagi-Nya, kegelapan adalah cahaya, dan yang tersembunyi sama saja dengan yang nampak. Sehingga, barang siapa yang bisa meninggal dalam keadaan husnuzhan (berbaik sangka) kepada Allah, hendaklah ia melakukannya, dan tidak ada kekuatan kecuali dengan izin Allah"[5].<br /> <br /> وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَٰكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ وَذَٰلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ<br /> <br /> "Kalian sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulit kalian terhadap kalian, tetapi kalian mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kalian kerjakan. Dan yang demikian itu adalah prasangka kalian yang telah kalian sangka terhadap Rabb kalian, prasangka itu telah membinasakan kalian, maka jadilah kalian termasuk orang-orang yang merugi". (Fushshilat/41 : 22-23)<br /> <br /> Ibnul-A'rabi berkata: "Orang yang paling merugi, ialah yang menunjukkan amal-amal shalihnya kepada manusia dan menunjukkan keburukannya kepada Allah yang lebih dekat kepadanya dari urat lehernya"[6].<br /> <br /> "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya". (Qâf /50:16)<br /> <br /> إِذَا مَا خَلَوْتَ الدَّهْرَ يَوْمًا، فَلاَ تَقُلْ خَلَوْتُ وَلَكِنْ قُلْ عَلَيَّ رَقِيْبُ<br /> وَلاَ تَحْسَبَنَّ الله يَغْفُـلُ سَـاعَـةً وَلاَ أَنَّ ماَ تُخْفِيْهِ عَنْهُ يَغِيْـبُ<br /> <br /> Saat engkau sedang sendiri jangan katakan aku sendiri,<br /> teapi katakan ada yang senantiasa mengawasi diri ini.<br /> Dan sedikitpun jangan menyangka bahwa Allah lalai,<br /> atau menyangka Dia tak tahu apa yang tersembunyi.<br /> <br /> Sungguh takwa kepada Allah dalam keadaan tidak nampak (fil-ghaib) dan takut kepada-Nya dalam keadaan tersembunyi merupakan tanda kesempurnaan iman. Hal ini menjadi sebab diraihnya ampunan, kunci masuk surga. Dan dengannya, seorang hamba meraih pahala yang agung nan mulia.<br /> <br /> إِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَٰنَ بِالْغَيْبِ ۖ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ<br /> <br /> "Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Rabb Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia". (Yâsîn/36 : 11)<br /> <br /> إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ<br /> <br /> "Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka dalam keadaan tersembunyi akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar". (al-Mulk/67 : 12)<br /> <br /> وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَٰكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ وَذَٰلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ وَأُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ غَيْرَ بَعِيدٍ هَٰذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٍ مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَٰنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ ۖ ذَٰلِكَ يَوْمُ الْخُلُودِ لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ<br /> <br /> "Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Rabb Yang Maha Pemurah dalam keadaan tersembunyi dan dia datang dengan hati yang bertobat. Masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan. Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan Kami memiliki tambahannya". (Qâf/50 : 31-35)<br /> <br /> Dan di antara doa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah:<br /> <br /> أَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِى الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ<br /> <br /> "Aku memohon rasa takut kepada-Mu dalam keadaan tersembunyi maupun nampak".[7]<br /> <br /> Maknanya, hendaklah seorang hamba takut kepada Allah dalam keadaan tersembunyi maupun nampak, serta lahir dan batin, karena kebanyakan orang takut kepada Allah dalam keadaan terlihat saja. Namun yang penting adalah takut kepada Allah saat tersembunyi dari pandangan manusia, dan Allah telah memuji orang yang takut kepada-Nya dalam kondisi demikian.<br /> <br /> Bakr al-Muzani berdoa untuk saudara-saudaranya: "Semoga Allah menjadikan kami dan kalian zuhud terhadap hal yang haram, sebagaiman zuhudnya orang yang bisa melakukan dosa dalam kesendirian, namun ia mengetahui bahwa Allah melihatnya, maka ia tinggalkan dosa itu" [8].<br /> <br /> Sebagian lagi mengatakan: "Orang yang takut bukanlah orang yang menangis dan 'memeras' kedua matanya, tetapi ia adalah orang yang meninggalkan hal haram yang ia sukai saat ia mampu melakukannya"[9].<br /> <br /> إِذَا السِّرُّ وَالإِعْلاَنُ فِي المُؤْمِنِ اسْتَوَى فَقَدْ عَزَّ فِي الدَّارَيْنِ وَاسْتَوْجَبَ الثَّنَا<br /> فَإِنْ خَالَـفَ الإِعْـلاَنُ سِرًّا فَمَا لَهُ عَلَى سَعْيِهِ فَضْلٌ سِوَى الْكَدِّ وَالْعَنَا<br /> <br /> Jika tersembunyi dan tampak bagi seorang mukmin tiada beda,<br /> maka ia telah berhasil di dua dunia dan kita pantas memujinya.<br /> Namun jika yang tampak menyelisihi yang rahasia,<br /> tiada kelebihan pada amalnya, selain penat dan lelah saja.<br /> <br /> Hal-hal yang menjadikan takut (khasy-yah) kepada Allah Azza wa Jalla :<br /> 1. Iman yang kuat terhadap janji Allah l dan ancaman-Nya atas dosa dan maksiat.<br /> <br /> 2. Merenungkan kejamnya balasan Allah Subhanahu wa Taala dan hukuman-Nya. Hal ini menjadikan seorang hamba tidak melanggar aturan-Nya, sebagaimana dikatakan al-Hasan al-Bashri: "Wahai anak Adam, kuatkah engkau memerangi Allah? Orang yang bermaksiat berarti telah memerangi-Nya". Sebagian lagi mengatakan: "Saya heran dengan si lemah yang menentang Sang Kuat".<br /> <br /> 3. Kewaspadaan yang kuat terhadap pengawasan Allah dan mengetahui bahwa Allah mengawasi hati dan amalan para hamba, serta mengetahui mereka di manapun berada. Orang yang sadar bahwa Allah melihat-Nya di manapun berada, mengetahui dirinya secara lahir dan batin, mengetahui yang tersembunyi maupun yang nampak, dan ia mengingat hal itu saat menyendiri, maka ia akan meninggalkan maksiat dalam ketersembunyiannya. Wahb bin al-Ward berkata: "Takutlah kepada Allah sebesar kekuasaan-Nya atas dirimu! Malulah kepada-Nya seukuran kedekatan-Nya kepadamu, dan takutlah kepada-Nya karena Dialah yang paling mudah bisa melihatmu" [10].<br /> <br /> 4. Mengingat makna sifat-sifat Allah, antara lain: mendengar, melihat dan mengetahui. Bagaimana anda bermaksiat kepada yang mendengar, melihat dan mengetahui keadaan anda? Jika seorang hamba mengingat hal ini, rasa malunya akan menguat. Ia akan malu jika Allah mendengar atau melihat pada dirinya sesuatu yang Dia benci, atau mendapati sesuatu yang Dia murkai tersembunyi pada hatinya. Dengan demikian, perkataan, gerakan, dan pikirannya akan selalu ditimbang dengan timbangan syariat, dan tidak dibiarkan dikuasai hawa nafsu dan naluri biologis.<br /> <br /> Ibnu Rajab berkata: "Takwa kepada Allah dalam ketersembunyaian adalah tanda kesempurnaan iman. Hal ini berpengaruh besar pada pujian untuk pelakunya yang Allah 'sematkan' pada hati kaum mukminin"[11].<br /> <br /> Sedang Abu ad-Darda' menasihati: "Hendaklah setiap orang takut dilaknat oleh hati kaum mukminin, sementara dia tidak merasa. Ia menyendiri dengan maksiat, maka Allah menimpakan kebencian kepadanya di hati orang-orang yang beriman"[12].<br /> <br /> Sulaiman at-Taimi berkata: "Sungguh seseorang melakukan dosa dalam ketersembunyiannya, maka iapun terjatuh ke dalam lubang kehinaan"[13].<br /> <br /> Ada juga yang mengatakan: "Sungguh, seorang hamba berbuat dosa yang hanya diketahui dirinya dan Allah saja. Lalu ia mendatangi saudara-saudaranya, dan mereka melihat bekas dosa itu pada dirinya. Ini termasuk tanda yang paling jelas akan keberadaan Rabb yang haq, yang membalas amalan –yang kecil sekalipun- di dunia sebelum akhirat. Tidak ada amalan yang hilang di sisi-Nya, dan tiada berguna tirai dan penutup dari kuasa-Nya. Orang berbahagia adalah orang yang memperbaiki hubungannya dengan Allah. Karena jika demikian, Allah akan memperbaiki hubungannya dengan orang lain. Dan barang siapa yang mengejar pujian manusia dengan mengorbankan murka Allah, maka orang yang awalnya memuji akan berbalik mencelanya"[14].<br /> <br /> Di antara hal paling ajaib mengenai hal ini adalah kisah yang diriwayatkan dari Abu Ja'far as-Saih: "Habib Abu Muhammad adalah seorang saudagar yang meminjamkan uang dengan bunga. Suatu hari, ia melewati sekumpulan anak kecil yang sedang bermain. Merekapun berbisik di antara mereka: 'Pemakan riba datang,' Habibpun menundukkan kepalanya dan berkata: 'Ya Rabb, Engkau telah sebarkan rahasiaku pada anak-anak kecil,' lalu ia pulang dan mengumpulkan seluruh hartanya. Ia berkata: 'Ya Rabb, aku laksana tawanan. Sungguh aku telah membeli diriku dari-Mu dengan harta ini, maka bebaskanlah aku'. Esok paginya, ia sedekahkan seluruh harta itu dan mulai menyibukkan diri dengan ibadah. Suatu hari ia melewati kumpulan anak kecil. Ketika melihatnya, mereka berseru di antara mereka: 'Diamlah! Habib si ahli ibadah datang,' Habibpun menangis dan berkata: "Ya Rabb, Engkau sekali mencela, sekali memuji, dan semua itu dari-Mu'."[15]<br /> <br /> Sufyan ats-Tsauri berpesan: "Jika engkau takut kepada Allah, Dia akan menjaga dirimu dari manusia. Tetapi jika engkau takut kepada manusia, mereka tidak akan bisa melindungimu dari Allah"[16].<br /> <br /> Ibnu 'Aun berpisah dengan seseorang, maka ia berwasiat: "Takutlah kepada Allah, karena orang yang takut kepada-Nya tidak akan merasa sendiri" [17].<br /> <br /> Sedangkan Zaid bin Aslam berkata: "Dulu dikatakan: Barang siapa takut kepada Allah, orang akan mencintainya, meskipun mereka (pernah) membencinya"[18].<br /> <br /> (Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 06-07/Tahun XII/1429H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Alamat Jl. Solo-Puwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183, Telp. 0271-761016)</blockquote> <div class="aprieztabs"> <div data-tab="Footnote"> [1]. Dosen Fakultas Hadits Universitas Islam Madinah. Tulisan ini diterjemahkan oleh Abu Bakr Anas dari leaflet berjudul "al-Muraqabah adz-Dzatiyyah". Semua catatan kaki dalam tulisan ini dibuat oleh penerjemah.<br /> [2]. Tihamah, ialah nama lain untuk Makkah. Lihat al-Qamus al-Muhith, hlm. 1083.<br /> [3]. Dalam riwayat Ibnu Majah disebutkan bahwa yang bertanya adalah sahabat bernama Tsauban.<br /> [4]. HR Ibnu Majah no. 4245, dishahîhkan Syaikh al-Albâni. Lihat as-Silsilah ash-Shahîhah, no. 505.<br /> [5]. Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 3/368.<br /> [6]. Syu'abul-Iman lil-Baihaqi, 5/368 no. 6987<br /> [7]. HR Ahmad, 18351 dan dishahîhkan Syaikh al-Albâni.<br /> [8]. Lihat Jami'ul-'Ulum wal-Hikam, 1/162.<br /> [9]. Lihat Mukhtashar Minhajil-Qashidin, 4/63.<br /> [10]. Lihat Jami'ul-'Ulum wal-Hikam, 1/162.<br /> [11]. Ibid., 1/163.<br /> [12]. Ibid.<br /> [13]. Lihat Jami'ul-'Ulum wal-Hikam, 1/163.<br /> [14]. Ibid.<br /> [15]. Ibid.<br /> [16]. Diriwayatkan juga dari 'Aisyah dalam wasiat beliau kepada Mu'awiyyah Radhiyallahu 'anhu. Lihat Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, 8/32.<br /> [17]. Lihat al-Fawaid (Ibnul Qayyim), Bab : Takwa, hlm. 52.<br /> [18]. Ibid.</div> <div data-tab="Marâji` Terjemah"> - Al-Maktabah asy-Syamilah.<br /> - Al-Qamus al-Muhith, Muassasah ar-Risalah, 1424 H.<br /> - Al-Qur`ân dan Terjemahnya, Mujamma' Mâlik Fahd.<br /> - http://quran.al-islam.com/Targama/<br /> - Jami'ul 'Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab al-Hanbali, Darul Ma'rifah, 1408 H.<br /> - Mushaf al-Madinah an-Nabawiyyah Digital.<br /> - Syu'abul Iman lil Baihaqi, Darul Kutub al-'Ilmiyyah, 1410 H.<br /> - Tafsir Ibnu Katsir, Muassasah ar-Rayyan, 1418 H.<br /> - Taysirul Karimir Rahmân, Abdurrahmân as-Sa'di, Muassasah ar-Risalah, 1426.</div> <div data-tab="Sember"> http://almanhaj.or.id/content/2719/slash/0/mengawasi-diri-sendiri/ </div> </div>

Renungkanlah

Sabtu, Oktober 04, 2014

Oleh: Dr. 'Abdul-Qayyum as-Suhaibani [1] Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih nan Penyayang. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad, keluarga dan sahabat beliau. Dalam sebuah hadits, Nabi… Baca selengkapnya »

Baca selengkapnya »

Setiap Kali Teringat Dia, Dunia Ini Terasa Tidak Ada Harganya

<h4 style="text-align: center;"> (Kisah Yang Menakjubkan Tentang Ikhlash)</h4> <blockquote> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieuQ_zbad9BFU7XVBOdZ3pcjDAgSBuJzDur0iqV4KJ7AcUScW4sAR3NVgQ-l-KUXxMY8CfhZjH1PeeT5JxgUNFJVlPHjwheIzRVVXRsNXJyPgaDBAZvf423QMMRB7n2BbzUGOtJepBz5Lo/s1600/tersembuyi.png" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieuQ_zbad9BFU7XVBOdZ3pcjDAgSBuJzDur0iqV4KJ7AcUScW4sAR3NVgQ-l-KUXxMY8CfhZjH1PeeT5JxgUNFJVlPHjwheIzRVVXRsNXJyPgaDBAZvf423QMMRB7n2BbzUGOtJepBz5Lo/s1600/tersembuyi.png" width="200" /></a></div> Ibnul Mubarak rahimahullah menceritakan kisahnya: “Saya tiba di Mekkah ketika manusia ditimpa paceklik dan mereka sedang melaksanakan shalat istisqa’ di Al-Masjid Al-Haram. Saya bergabung dengan manusia yang berada di dekat pintu Bani Syaibah. Tiba-tiba muncul seorang budak hitam yang membawa dua potong pakaian yang terbuat dari rami yang salah satunya dia jadikan sebagai sarung dan yang lainnya dia jadikan selendang di pundaknya. <b>Dia mencari tempat yang agak tersembunyi di samping saya</b>. Maka saya mendengarnya berdoa,<br /> <br /> <b>“Ya Allah, dosa-dosa yang banyak dan perbuatan-perbuatan yang buruk telah membuat wajah hamba-hamba-Mu menjadi suram, dan Engkau telah menahan hujan dari langit sebagai hukuman terhadap hamba-hamba-Mu. Maka aku memohon kepada-Mu wahai Yang pemaaf yang tidak segera menimpakan adzab, wahai Yang hamba-hamba-Nya tidak mengenalnya kecuali kebaikan, berilah mereka hujan sekarang.”</b><br /> <br /> Dia terus mengatakan, <b>“Berilah mereka hujan sekarang.”</b><br /> <br /> Hingga langit pun penuh dengan awan dan hujan pun datang dari semua tempat. Dia masih duduk di tempatnya sambil terus bertasbih, sementara saya pun tidak mampu menahan air mata. Ketika dia bangkit meninggalkan tempatnya maka saya mengikutinya hingga saya mengetahui di mana tempat tinggalnya. Lalu saya pergi menemui Fudhail bin Iyyadh. Ketika melihat saya maka dia pun bertanya, “Kenapa saya melihat dirimu nampak sangat sedih?” Saya jawab, <b>“Orang lain telah mendahului kita menuju Allah, maka Dia pun mencukupinya, sedangkan kita tidak.”</b> Dia bertanya, “Apa maksudnya?” Maka saya pun menceritakan kejadian yang baru saja saya saksikan. Mendengar cerita saya, Fudhail bin Iyyadh pun terjatuh karena tidak mampu menahan rasa haru. Lalu dia pun berkata, “Celaka engkau wahai Ibnul Mubarak, bawalah saya menemuinya!” Saya jawab, “Waktu tidak cukup lagi, biarlah saya sendiri yang akan mencari berita tentangnya.”<br /> <br /> Maka keesokan harinya setelah shalat Shubuh saya pun menuju tempat tinggal budak yang saya lihat kemarin. Ternyata di depan pintu rumahnya sudah ada orang tua yang duduk di atas sebuah alas yang digelar. Ketika dia melihat saya maka dia pun langsung mengenali saya dan mengatakan, “Marhaban (selamat datang –pent) wahai Abu Abdirrahman, apa keperluan Anda?” Saya jawab, “Saya membutuhkan seorang budak hitam.” Dia menjawab, “Saya memiliki beberapa budak, silahkan pilih mana yang Anda inginkan dari mereka?” Lalu dia pun berteriak memanggil budak-budaknya. Maka keluarlah seorang budak yang kekar. Tuannya tadi berkata, “Ini budak yang bagus, saya ridha untuk Anda.” Saya jawab, “Ini bukan yang saya butuhkan.”<br /> <br /> Maka dia memperlihatkan budaknya satu persatu kepada saya hingga keluarlah budak yang saya lihat kemarin. Ketika saya melihatnya maka saya pun tidak kuasa menahan air mata. Tuannya bertanya kepada saya, “Diakah yang Anda inginkan?” Saya jawab, “Ya.” Tuannya berkata lagi, “Dia tidak mungkin dijual.” Saya tanya, “Memangnya kenapa?” Dia menjawab, <b>“Saya mencari berkah dengan keberadaannya di rumah ini, di samping itu dia sama sekali tidak menjadi beban bagi saya.”</b> Saya tanyakan, “Lalu dari mana dia makan?” Dia menjawab, “Dia mendapatkan setengah daniq (satu daniq = sepernam dirham –pent) atau kurang atau lebih dengan berjualan tali, itulah kebutuhan makan sehari-harinya. Kalau dia sedang tidak berjualan, maka pada hari itu dia gulung talinya. Budak-budak yang lain mengabarkan kepadaku bahwa pada malam hari dia tidak tidur kecuali sedikit. Dia pun tidak suka berbaur dengan budak-budak yang lain karena sibuk dengan dirinya. Hatiku pun telah mencintainya.”<br /> <br /> Maka saya katakan kepada tuannya tersebut, “Saya akan pergi ke tempat Sufyan Ats-Tsaury dan Fudhail bin Iyyadh tanpa terpenuhi kebutuhan saya.” Maka dia menjawab, “Kedatangan Anda kepada saya merupakan perkara yang besar, kalau begitu ambillah sesuai keinginan Anda!” Maka saya pun membelinya dan saya membawanya menuju ke rumah Fudhail bin Iyyadh.<br /> <br /> Setelah berjalan beberapa saat maka budak itu bertanya kepada saya, “Wahai tuanku!” Saya jawab, “Labbaik.” Dia berkata, “Jangan katakan kepada saya ‘labbaik’ karena seorang budak yang lebih pantas untuk mengatakan hal itu kepada tuannya.” Saya katakan, “Apa keperluanmu wahai orang yang kucintai?” Dia menjawab,<b> “Saya orang yang fisiknya lemah, saya tidak mampu menjadi pelayan. Anda bisa mencari budak yang lain yang bisa melayani keperluan Anda. Bukankah telah ditunjukkan budak yang lebih kekar dibandingkan saya kepada Anda.”</b> Saya jawab, <b>“Allah tidak akan melihatku menjadikanmu sebagai pelayan, tetapi saya akan membelikan rumah dan mencarikan istri untukmu dan justru saya sendiri yang akan menjadi pelayanmu.”</b><br /> <br /> Dia pun menangis hingga saya pun bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Dia menjawab, “Anda tidak akan melakukan semua ini kecuali Anda telah melihat sebagian hubunganku dengan Allah Ta’ala, kalau tidak maka kenapa Anda memilih saya dan bukan budak-budak yang lain?!” Saya jawab, “Engkau tidak perlu tahu hal ini.” Dia pun berkata, “Saya meminta dengan nama Allah agar Anda memberitahukan kepada saya.” Maka saya jawab, “Semua ini saya lakukan karena engkau orang yang terkabul doanya.” Dia berkata kepada saya, <b>“Sesungguhnya saya menilai –insya Allah– Anda adalah orang yang saleh. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memiliki hamba-hamba pilihan yang Dia tidak akan menyingkapkan keadaan mereka kecuali kepada hamba-hamba-Nya yang Dia cintai, dan tidak akan menampakkan mereka kecuali kepada hamba yang Dia ridhai.”</b> Kemudian dia berkata lagi, “Bisakah Anda menunggu saya sebentar, karena masih ada beberapa rakaat shalat yang belum saya selesaikan tadi malam?” Saya jawab, “Rumah Fudhail bin Iyyadh sudah dekat.” Dia menjawab, “Tidak, di sini lebih saya sukai, lagi pula urusan Allah Azza wa Jalla tidak boleh ditunda-tunda.” Maka dia pun masuk ke masjid melalui pintu halaman depan.<br /> <br /> <b>Dia terus mengerjakan shalat hingga selesai apa yang dia inginkan.</b><br /> <br /> Setelah itu dia menoleh kepada saya seraya berkata, “Wahai Aba Abdirrahman, apakah Anda memiliki keperluan?” Saya jawab, “Kenapa engkau bertanya demikian?” Dia menjawab, “Karena saya ingin pergi jauh.” Saya bertanya, “Ke mana?” Dia menjawab, “Ke akherat.” Maka saya katakan, <b>“Jangan engkau lakukan, biarkanlah saya merasa senang dengan keberadaanmu!” </b>Dia menjawab, <b>“Hanyalah kehidupan ini terasa indah ketika hubungan antara saya dengan Allah Ta’ala tidak diketahui oleh seorang pun. Adapun setelah Anda mengetahuinya, maka orang lain akan ikut mengetahuinya juga, sehingga saya merasa tidak butuh lagi dengan semua yang Anda tawarkan tadi.” </b>Kemudian dia tersungkur sujud seraya berdoa, “Ya Allah, cabutlah nyawaku agar aku segera bertemu dengan-Mu sekarang juga!” Maka saya pun mendekatinya, ternyata dia sudah meninggal dunia. Maka demi Allah, tidaklah saya mengingatnya kecuali saya merasakan kesedihan yang mendalam dan dunia ini tidak ada artinya lagi bagi saya.”<br /> <br /> (Al-Muntazham Fii Taarikhil Umam, karya Ibnul Jauzy, 8/223-225)<br /> <br /> Sumber artikel: http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=140725<br /> Diterjemahkan oleh: Abu Almass bin Jaman Al-Ausathy<br /> 17 Rabi’ul Awwal 1435 H<br /> Daarul Hadits – Ma’bar – Yaman</blockquote>

Setiap Kali Teringat Dia, Dunia Ini Terasa Tidak Ada Harganya

Jumat, Oktober 03, 2014

(Kisah Yang Menakjubkan Tentang Ikhlash) Ibnul Mubarak rahimahullah menceritakan kisahnya: “Saya tiba di Mekkah ketika manusia ditimpa paceklik dan mereka sedang melaksanakan shalat istisqa’ di Al-Masjid Al-Haram. Saya bergabung dengan manusia yang … Baca selengkapnya »

Baca selengkapnya »

Kejujuran Imam Syafi'i Kecil Kepada Serombongan Perampok

<blockquote> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvi50zSQUP_ISU4m7lgMCoBUeDaMcQ2PpDbtHjt5W8OvAvfPfTl-8_JymKsYdmEdzlOuQqX19MUUz54yTMXdm3PffxymhrbFB7gS8O5LgUU-2AM7NIwMFR3km7H3rHwmbE3qs32TUPX15a/s1600/imam.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvi50zSQUP_ISU4m7lgMCoBUeDaMcQ2PpDbtHjt5W8OvAvfPfTl-8_JymKsYdmEdzlOuQqX19MUUz54yTMXdm3PffxymhrbFB7gS8O5LgUU-2AM7NIwMFR3km7H3rHwmbE3qs32TUPX15a/s1600/imam.jpg" width="200" /></a></div> Sebuah kisah unik dari perjalanan hidup salah satu imam madzhab terkemuka dunia, Imam Syafi’i rahimahullah. Dikutip dari kitab Al-Aimmah Al-Arba’ah Hayatuhum Mawaqifuhum Ara’ahum Qadhiyusy Syariah al-Imam asy-Syafi’i, karya Abdul Aziz Asy-Syinawi, kita bertemu penggalan catatan menarik, yang mungkin akan mengingatkan kita tentang budi pekerti luhur, yang kini kian terlupa.<br /> <br /> Suatu hari di masa kecilnya Imam asy-Syafi rahimahullah sebelum hendak pergi ke Madinah belajar kepada Imam Malik rahimahullah, beliau berkata Ibu nya: <i>"Wahai ibu, berilah saya nasehat.!"</i><br /> <br /> Ibunya berkata: <i>"Wahai anak ku, berjanjilah kepada ku untuk tidak berdusta."</i><br /> <br /> Imam asy-Syafi'i rahimahullah berkata: <i>"Saya berjanji kepada Allah lalu kepada mu untuk tidak berdusta."</i><br /> <br /> Beliau waktu usia nya masih kecil, dibekali oleh ibu nya uang 400 dirham.<br /> <br /> Beliau menaiki hewan tunggangan nya dan keluar bersama rombongan menuju Madinah, Imam asy-Syafi menyimpan uang itu didalam sebuah kantong yang ia jahit disela-sela bajunya.<br /> <br /> Ditengah-tengah perjalanan ada rampok yang merampas seluruh harta rombongan tersebut, tatkala sampai dihadapan Imam asy-Syafi'i yang masih kecil, para perampok itu bertanya: <i>"Apakah kamu membawa uang?"</i><br /> <br /> Imam asy-Syafi'i yang masih kecil ini menjawab: <i>"IYA"</i><br /> <br /> Perampok: <i>"Berapa?"</i><br /> <br /> Asy-Syafi'i: <i>"Saya membawa uang 400 dirham."</i><br /> <br /> Para perampok tersebut tertawa sambil mengejek beliau dan berkata: <i>"Pergilah, apakah kamu hendak mengolok-olok kami?" Pergilah sana. Apakah orang seperti mu membawa uang sebanyak empat ratus dirham?"</i> (kata para perampok dengan tidak percaya).<br /> <br /> Kemudian asy-Syafi'i berhenti disamping rombongan kafilah yang dirampok. para pemimpin rampok berkata kepada anak buah nya: <i>"Apakah kalian telah mengambil semuanya?"</i><br /> <br /> Mereka menjawab:<i> "Ya"</i><br /> <br /> Pemimpin rampok: <i>"Apakah kalian tidak meninggalkan seorang pun?"</i><br /> <br /> Mereka (anak buah) menjawab:<i> "Tidak, kecuali seorang anak kecil yang mengaku telah membawa uang sebanyak 400 dirham, namun anak tersebut gila atau hanya ingin mengolok-olok kita, sehingga kami pun menyuruhnya pergi."</i><br /> <br /> Pemimpin rampok berkata: <i>"Bawa anak itu kemari."</i><br /> <br /> Mereka pun membawa Syafi'i kecil. Kemudian pemimpin rampok itu bertanya kepada beliau: <i>"Apakah kamu membawa uang, wahai anak kecil?"</i><br /> <br /> Syafi'i kecil menjawab: <i>"Ya"</i><br /> <br /> Pemimpin Rampok berkata: <i>"Berapa uang yang kamu bawa?"</i><br /> <br /> Syafi'i kecil <i>"Empat ratus dirham."</i><br /> <br /> Pemimpin perampok itu bertanya lagi, <i>"Dimana uang itu?"</i><br /> <br /> Lalu Syafi'i kecil mengeluarkan uang tersebut dari balik pakian nya dan menyerahkan nya kepada pemimpin kawanan perampok tersebut.<br /> <br /> Pemimpin rampok itu menuangkan uang-uang tersebut kepangkuan nya, lalu ia memandangi syafi'i kecil dengan keheranan dan berkata: <i>"Kenapa kamu jujur kepada ku ketika aku tadi bertanya kepada mu, dan kamu tidak berdusta kepadaku, padahal kamu tahu bahwa uang mu akan hilang?"</i><br /> <br /> Syafi'i pun menjawab: <i>"Saya jujur kepada mu karena saya telah berjanji kepada ibu ku untuk tidak berdusta kepada siapa pun."</i><br /> <br /> Mendengar penuturan Syafi'i kecil itu, tiba-tiba tangan pemimpin rampok itu berhenti memain-mainkan uang 400 dirham tersebut, karena hatinya telah bergetar karena hidayah dari Allah.<br /> <br /> Lalu pemimpin rampok itu berkata sambil mengembalikan uang tersebut kepada Syafi'i kecil: <i>"Ambillah uang mu, kamu takut untuk mengkhianati janji mu kepada ibu mu, sedangkan aku tidak takut berkhianat kepada janji Allah Subhanhu wa ta'ala? Pergilah, wahai anak kecil dalam keadaan aman dan tenang, karena aku telah bertaubat kepada Zat yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang melalui kedua tangan mu dengan taubat ini dan aku tidak akan pernah mendurhakai-Nya lagi selamanya."</i><br /> <br /> Kemudian pemimpin kawanan perampok itu memandang anak buahnya dan berkata:<br /> <br /> إنّ الله يامركم أن تؤدّوا الأمانات إلى أهلها<br /> <br /> <i>"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada orang yang berhak menerima nya..."</i> (An-Nisa ayat 58)<br /> <br /> Lalu anak buahnya berkata sambil membawa harta dan berbagai perhiasan rombongan kafilah yang mereka rampok tadi dan mengembalikan nya, dan mereka berkata kepada pemimpin mereka <i>"Wahai tuan kami, anda telah bertaubat dengan Zat Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang, sedangkan anda adalah pemimpin kami. Oleh karena itu kami lebih pantas untuk bertaubat daripada anda."</i><br /> <br /> Akhirnya mereka semua bertaubat kepada Allah, lewat kejujuran Imam asy-Syafi'i kecil..<br /> <br /> (Diringkas dan disadur dari buku Biografi Imam Syafi'i hal 17-20, Abdul Aziz asy-Syinawi. Judul aslinya Al-Aimmah Al-Arba'ah Hayatuhum Mawaqifuhum Ara'ahum Qadhiyusy Syariah al-Imam asy-Syafi'i)<br /> <br /> <div style="text-align: center;"> <b>Download</b> Catatan Harian Seorang Penuntut Ilmu - Dari Prima Ibnu Firdaus Al-Mirluny<br /> <br /> <span class="engraved"><a class="green" href="https://www.facebook.com/download/preview/391864584273011" rel="nofollow" target="_blank">Live Preview!</a></span> atau <span class="engraved"><a class="blue" href="https://www.facebook.com/download/391864584273011/11.%20Catatan%20Harian%20Bulan%20Agustus%202013.pdf" rel="nofollow"> Download!</a></span></div> </blockquote>

Kejujuran Imam Syafi'i Kecil Kepada Serombongan Perampok

Kamis, Oktober 02, 2014

Sebuah kisah unik dari perjalanan hidup salah satu imam madzhab terkemuka dunia, Imam Syafi’i rahimahullah. Dikutip dari kitab Al-Aimmah Al-Arba’ah Hayatuhum Mawaqifuhum Ara’ahum Qadhiyusy Syariah al-Imam asy-Syafi’i, karya Abdul Aziz Asy-Syinawi, k… Baca selengkapnya »

Baca selengkapnya »