Wahai kaum muslimin—semoga Allah 1 memberikan hidayahNya kepada kita—cinta adalah pokok seluruh amalan. Tidaklah seseorang mengerjakan sesuatu melainkan demi meraih apa yang ia cintai, apakah itu sesuatu yang membawa manfaat baginya atau sesuatu yang bisa menangkal madhorot (bahaya) yang akan menimpanya.

Dengan cinta seseorang bisa mencapai kebahagiaan. Dengan cinta pula seseorang akan terjerumus ke dalam lembah kenistaan. Surga yang penuh kenikmatan bisa diraih dengan cinta. Begitu pula neraka yang penuh dengan kesengsaraan, orang bisa masuk ke dalamnya disebabkan cinta pula.

Lantas bagaimanakah jika seseorang lebih mencintai urusan dunia daripada hal hal
yang bisa mengantarkan pada kebahagiaan akhirat yang abadi?

Insya Allah pada edisi kali ini kita akan membahas masalah tersebut. Semoga
bermanfaat.

Indahnya Dunia Menurut Pandangan Islam

“Dunia” bila dilihat dari asal katanya berarti sesuatu yang rendah. AlQur‘an sendiri mengatakan di banyak ayatnya bahwa dunia itu hanyalah senda gurau dan permainan. Ia merupakan kehidupan yang fana dan pasti akan berakhir. Allah 1 berfirman:

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan mainmain, dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. (Q.S. al Ankabut [29]: 64)

Pada suatu ketika, Rosululloh n melewati sebuah pasar yang di dalamnya terdapat seekor bangkai kambing yang telinganya putus lantas beliau menawarkannya kepada para sahabatnya dengan harga satu dirham. Akan tetapi, para sahabat tidak mau. Kemudian beliau menawarkan secara cuma cuma (gratis). Lagilagi,
para sahabat menolaknya seraya berkata:

“Demi Allah, kalau seandainya kambing ini masih hidup maka ia ada cacatnya karena telinganya tersebut, lalu bagaimana jika ia sudah menjadi bangkai dan dalam keadaan seperti itu?” Maka dengan bijak Rosululloh n memberi pengarahan kepada para sahabatnya dengan mengatakan: “Demi Allah, sungguh dunia ini lebih hina daripada seekor kambing ini.” (H.R. Muslim: 2957)

Walaupun demikian, bukan berarti kita harus meninggalkannya seperti yang dilakukan orang orang sufi. Akan tetapi, kita memanfaatkan dunia sekadarnya saja karena dunia ini diciptakan oleh Allah 1 hanyalah sebagai sarana untuk menggapai kebahagiaan yang hakiki di akhirat kelak.

Cinta Dunia Adalah Tabiat Manusia

Di antara sifat manusia yang merupakan bawaan sejak lahir adalah cinta akan bapak, ibu, suami, istri, anak, harta yang melimpah, nyaman dan mewahnya kendaraan, banyaknya binatang ternak, dan suksesnya perniagaan. Hal ini bisa jadi lumrah lantaran itu semua memang salah satu tabiat manusia sebagaimana firman Allah 1:

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa apa yang di ingini, yaitu: wanita wanita, anak anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatangbinatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga). (Q.S. Ali Imron [3]: 14)

“Cinta bawaan” ini akan membuahkan kebahagiaan yang berlipat ganda bila pemiliknya tidak mencurahkan semua benih benih cinta tersebut dalam hatinya hanya melulu kepadanya. Namun, ia mencintainya sekadar sebagai sarana untuk menggapai keridhoan Rabbul’alamin (Allah 1) dengan menunaikan segala kewajibanNya serta meninggalkan semua halhal yang membuat Dia murka.

Ciri Ciri Pencinta Dunia

Sebenarnya banyak ciri ciri orang yang lebih mencintai dunia daripada akhirat. Akan tetapi, karena terbatasnya halaman, kami sebutkan beberapa saja:

1. Seseorang yang mencintai sesuatu tentu akan senang dan akan menyebutnyebut sesuatu yang ia cintai dan sangat senang bercengkerama dengannya. Ia akan merasa damai dan tenteram bila berada di sampingnya. Bila berjaulan ia akan merasa terus merindukannya dan ingin selalu berjumpa dengannya. Bila berpisah dengannya akan terasa sangat berat baginya.

2. Orang yang cinta kepada sesuatu pastilah lebih mengutamakan apa yang dicintainya daripada yang lain. Demi mendapatkan apa yang ia cintai, ia rela mengorbankan harta, waktu, dan bahkan nyawa. Ini terbukti dengan makin banyaknya aturanaturan Islam yang ia tinggalkan karena tergoda dengan gemerlapnya dunia yang telah menipunya. Maka siapa saja yang merasa pada dirinya ada sifat sifat ini ketika menghadapi kenikmatan dunia maka ia termasuk orang yang cinta dunia secara tidak proporsional (menempatkan pada tempatnya) bahkan berlebihlebihan.

Akibat Cinta Dunia yang Berlebihan

Cinta dunia bila diletakkan pada tempatnya tidak akan mengakibatkan kesengsaraan yang berkepanjangan. Akan tetapi, jika melebihi cintanya kepada Allah 1 maka akan berakibat sangat buruk, di antaranya:

1. Harga dirinya akan hina di hadapan para musuhnya sehingga laksana makanan dalam piring yang siap untuk disantap. Sebagaimana sabda Rasulullah n yang artinya: “Hampir saja umat umat (kafir) mengerumuni kalian sebagaimana mereka mengerumuni makanan di sebuah piring.” Salah seorang di antara mereka bertanya: “Apakah jumlah kita pada waktu itu sangat sedikit?” Rosululloh n menjawab: “Kalian pada waktu itu sangat banyak jumlahnya tetapi seperti buih yang ada di lautan. Allah akan menghilangkan rasa takut dari musuhmusuh kalian dan memberikan alwahn pada hati hati kalian.” Lantas ada yang bertanya: “Apakah alwahn itu wahai Rosululloh?” Rosulullloh n menjawab: “Cinta dunia dan takut mati.” (H.R. Abu Dawud: 4297 dan dishohihkan Syaikh alAlbani dalam ash Shohihah: 2/684)

2. Sebagai sebab yang bisa mengundang datangnya siksa Allah l. (Q.S. at Taubah [9]: 24)

3. Yang lebih parah lagi, ketika di akhirat ia akan menempati neraka yang telah disediakan oleh Allah l, berdasarkan firman Allah l:

Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia,maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (Q.S. an Nazi’at [79]: 37-39)

Kiat Kiat Agar Selamat dari Cinta Dunia

1. Sadarilah bahwa kenikmatan dunia itu hanyalah bersifat sementara sedangkan kenikmatan akhirat itu bersifat kekal nan abadi. (Q.S. al Mukmin [40]: 39)

2. Cermatilah kehidupan orang orang terdahulu. Bandingkanlah pencinta dunia—seperti Qorun, Haman, Fir’aun, dll.—dengan pencinta negeri akhirat—seperti para nabi dan rosul, sahabat Rosululloh n, dll.—dan lihatlah apa yang mereka peroleh dari perbuatan mereka.

3. Do’a merupakan senjata bagi seorang muslim. Oleh karena itu, berdo’alah kepada Allah l supaya Dia tidak menjadikan dunia ini sebagai cita cita (tujuan) terbesar hidup kita.

4. Lihatlah orang orang yang lebih rendah daripada engkau (dari segi ekonomi) dan jangan melihat kepada orang orang yang di atasmu, karena hal itu bisa menambah untuk bisa bersyukur kepada Allah l dan tidak berambisi terhadap kenikmatan dunia. Demikianlah yang bisa kami bahas dalam edisi kali ini. Semoga Allah l mengampuni kekurangan dan kesalahan yang ada di dalamnya.

Akhirnya, semoga Allah l membukakan hati saudara saudara kita yang sedang dimabuk cinta dunia hingga melalaikan tugasnya sebagai hamba Allah l yang wajib beribadah hanya kepadaNya saja. Dan semoga Allah l menjadikan kita termasuk orangorang yang menjadikan dunia ini sebatas sarana dan bukan tujuan utama hidup. Aamiin. Allahu A’lam bishshowab.

Abu Mas’ud al Atsari
 
Top