Banyak ayat al-Qur'an yang memerintahkan untuk bersabar dalam melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Inilah di antara ayat-ayat tersebut:

Allah   عزّوجلّ  berfirman :

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur'an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Rabbmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka.” (QS. al-Insan/76: 23-24)

Juga firman-Nya :

“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduauya, maka ibadahilah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (QS. Maryam/19:65)

Dia juga berfirman:

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezeki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa.” (QS. Thaha/20:132)

Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda :

“Surga dikelilingi oleh perkara-perkara yang tidak disukai (oleh hawa nafsu manusia), sedangkan neraka dikelilingi oleh perkara-perkara yang disukai.” (HR. Muslim)

Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi رحمه الله mengatakan, "Seorang hamba membutuhkan kesabaran dalam melakukan ketatan-ketaatan, karena tabiat jiwa manusia berpaling dari peribadahan. Kemudian di antara ibadah-ibadah ada yang tidak disukai dengan sebab malas, seperti shalat. Dan di antara ibadah-ibadah ada yang tidak disukai dengan sebab bakhil, seperti zakat. Dan di antara ibadah-ibadah ada yang tidak disukai dengan sebab keduanya (jiwa dan harta) seperti haji dan jihad. Seorang yang mencari ridha Allah عزّوجلّ membutuhkan kesabaran melakukan ketatan-ketaatan di dalam tiga keadaan :

1.Keadaan sebelum ibadah, yaitu meluruskan niat, ikhlas, dan kesabaran dari noda-noda riya'.

2. Keadaan pada dzat (saat) ibadah, yaitu dia tidak lalai dari mengingat Allah عزّوجلّ pada saat beribadah, dan tidak bermalas-malasan dalam melakukan adab-adab dan sunah-sunahnya, kemudian dia menyertakan kesabaran sampai selesai dari amalan.

3. Keadaan setelah selesai dari amalan. Yaitu bersabar (menahan diri-red) dari menyebarkannya (amalan yang sudah dilakukannya-red) dan menampakkannya dengan tujuan riya' dan sum'ah dan (menahan diri-red) dari seluruh yang bisa membatalkan amal. Barangsiapa setelah bersadaqah tidak bersabar (tidak bisa menahan diri-red) dari menyebut-nyebut dan menyakiti (orang yang diberi) berarti dia telah membatalkan sadaqahnya". (Mukhtashar Minhajul Qashidin, hlm: 345, karya Imam Ibnu Qudamah, ta'liq dan takhrij: Syaikh Ali bin Hasan al-Atsari)

 
Top