Imam Ibnul Qayyim رحمه الله berkata, "Asal dari seluruh fitnah (kesesatan) itu hanya dengan sebab: lebih mendahulukan (lebih mengutamakan-red) fikiran daripada syara' (agama) dan mendahulukan hawa-nafsu daripada akal.
Yang pertama adalah asal (sumber-red) fitnah syubhat, yang kedua adalah asal fitnah syahwat. Fitnah syubhat ditolak dengan keyakinan, adapun fitnah syahwat ditolak dengan kesabaran. Oleh karena itu, Allah عزّوجلّ menjadikan kepemimpinan agama tergantung dengan dua perkara ini. Allah عزّوجلّ berfirman :
“Dan Kami jadikan di antara mereka (Bani Israil) itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar.Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. as-Sajdah/32:24)
Ini menunjukkan bahwa dengan kesabaran dan keyakinan, seseorang dapat meraih kepemimpinan dalam agama. Allah عزّوجلّ juga menggabungkan dua hal itu di dalam firman- Nya :
“Dan mereka saling menasehati supaya mentaati kebenaran, dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. al-Ashr/103:3)
Maka mereka saling menasehati supaya mentaati kebenaran yang menolak syubhat-syubhat, dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran yang menghentikan syahwat-syahwat.
Allah عزّوجلّ juga menggabungkan antara keduanya di dalam firman-Nya :
“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishak dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.” (QS. Shad/38:45)
Maka dengan kesempurnaan akal dan kesabaran, fitnah syahwat akan ditolak. Dan dengan kesempurnaan ilmu dan keyakinan, fitnah syubhat akan ditolak. Wallahul Musta'an. (Mawaridul Aman, hal. 414-415)