Ibnul Qayyim -rahimahullah- adalah salah seorang ulama besar yang telah banyak berbicara tentang hati. Berikut ini adalah beberapa untaian kalimat Imam Ibnul Qayyim -rahimahullah- tentang hati, yang tertuang dalam salah satu bukunya al-Fawaid. Semoga kalimat-kalimat ini bisa memberikan manfaat besar kepada kita semua.
Imam Ibnul Qayyim -rahimahullah- berkata:
Tidaklah seseorang dihukum dengan hukuman yang lebih berat dibandingkan dengan kerasnya hati dan jauhnya dari Allah.
Neraka telah diciptakan untuk mencairkan hati-hati yang keras.
Hati yang paling jauh dari Allah adalah hati yang keras.
Jika hati mengeras, keringlah air mata.
Kerasnya hati disebabkan oleh empat hal jika engkau melampaui batas yang dibutuhkan (yaitu); makan, tidur, berbicara dan pergaulan. Sebagaimana badan jika sakit tidak akan bermanfaat padanya makanan dan minuman, maka demikian pula hati jika sakit karena syahwat tidak akan manjur padanya berbagai nasihat.
Barangsiapa menghendaki kejernihan hatinya, hendaknya dia melebih utamakan Allah atas syahwatnya.
Hati-hati yang terikat dengan syahwat, berarti tertutup dari Allah sesuai dengan keterikatannya dengan syahwat.
Kehancuran hati disebabkan karena merasa aman (dari siksaan Allah -pent) dan kelalaian. Sedangkan kemakmuran hati disebabkan oleh rasa takut dan selalu ingat.
Kerinduan kepada Allah dan perjumpaan dengan-Nya adalah angin segar yang bertiup kepada hati yang akan mendinginkan darinya panasnya dunia.
Barangsiapa menempatkan hatinya disi Rabbnya niscaya akan tenang dan tenteram. Barangsiapa membebaskan hatinya pada manusia, niscaya dia akan kebingungan dan akan semakin tegang (stress).
Kecintaan kepada Allah tidak akan masuk ke dalam hati yang padanya terdapat kecintaan terhadap dunia kecuali sebagaimana onta masuk ke dalam lubang jarum.
Jika Allah mencintai seorang hamba, niscaya Dia akan memilihnya untuk Diri-Nya, memilihnya untuk mencintai-Nya, memilihnya untuk beribadah kepada-Nya, sehingga Dia akan menyibukkan pikirannya dengan-Nya, menyibukkan lisannya untuk berdzikir kepada-Nya, dan menyibukkan anggota tubuhnya untuk mengabdi kepada-Nya.
Hati bisa sakit sebagaimana badan bisa sakit. Dan obat hati ada pada taubat dan perlindungan diri. Hati juga bisa kotor sebagaimana cermin bisa kotor. Dan mengkilapnya hati adalah dengan dzikir. Hati bisa telanjang sebagaimana tubuh juga bisa telanjang. Dan perhiasan hati adalah ketakwaan. Hati juga bisa lapar dan haus sebagaimana halnya badan. Dan makanan dan minuman hati adalah ma’rifah (pengetahuan tentang Allah), mahabbah (kecintaan terhadap Allah), tawakal, senantiasa kembali dan mengabdi hanya kepada Allah.
(Sumber: al-Fawaid 146-147, diterjemahkan dari al-Majmu'ul Qayyim min Kalam Ibnil Qayyim 110-111)